Jumat, 07 Desember 2012

kredit perumahan melalaui bank syariah


                                                                                                                                                              



Kredit perumahan beralih ke bank syariah
Kredit pemilikan rumah sekarang ini banyak pindah ke bank syariah setelah Bank Indonesia dan Menteri Keuangan mengeluarkan aturan pembiayaan minimum uang muka bagi bank konvensional pada pertengahan tahun 2012. "Hingga akhir September 2012 telah penyaluran KPR sebesar Rp36 miliar atau meningkat 40 persen dibandingkan 2011 yang total hanya Rp28 miliar. Keputusan BI dan Menteri Keuangan itu mengharuskan masyarakat yang akan memanfaatkan kredit bank untuk membeli rumah atau kendaraan bermotor harus memiliki uang muka sebesar 30 persen dari total pembiayaan. Aturan itu hanya diterapkan kepada bank konvensional, sementara unit syariah tidak terkena sehingga memiliki celah untuk menggunakan regulasi lama yang memperbolehkan uang muka sebesar 10 persen dari total pembiayaan. "Sejak aturan itu diberlakukan, BRI Syariah kerap menerima "take over" kredit dari bank umum lain khusus bagi nasabah yang kesulitan untuk membayar uang muka hingga 30 persen. Namun kondisi ini diprediksi tidak berlangsung lama mengingat pemerintah juga mulai memikirkan aturan bagi unit syariah


Tabungan Sebagai Media Pengorganisasian
Menabung sebenarnya sudah dikenal di masyarakat manapun di pelbagai negara. Yang membedakan mungkin model dan prosesnya. Di masyarakat Indonesia, tabungan juga sudah dikenal baik di masyarakat desa maupun kota, baik yang dikelola secara individu maupun dalam kelompok. Tetapi yang banyak dikenal, tabungan seringkali hanya dijadikan alat untuk sekedar mengumpulkan uang, sebagaimanaarisan. Walaupun mungkin nantinya hasil yang akan diambil dari menabung tidak harus berbentuk uang. Media tabungan yang dikelola oleh masyarakat sendiri (non bank) dan para pengelolanya perempuan, bisa menjadi media yang efektif bagi pengorganisasian komunitas. Karena relatif sudah dikenal di pelbagai golongan masyarakat, maka Konsorsium kemiskinan Kota (UPC) pun menggunakan tabungan sebagai salah satu media Pengorganisasian. Tentu saja tabungan yang digunakan tidak seperti yang secara konvensional dikenal, tapi ada modifikasi agar sesuai dengan strategi yang dibangun.
Tujuan dan Prinsip-prinsip Tabungan
Tabungan ini mempunyai tiga prinsip sebagai kekuatan yang saling terkait dan mendukung : (1) uang, (2) informasi (3) jaringan, Tiga prinsip ini sebangun dengan strategi yang dikembangkan oleh UPC, yaitu penguatan basis, advokasi dan pengembangan jaringan.
1. Mengumpulkan Uang
Mengumpulkan uang, bisa diartikan sebagai alat untuk “mempertahankan
diri” tapi juga sekaligus untuk “menyerang”. Mempertahankan diri yang dimaksud, agar jika ada kebutuhan yang mendesak, rakyat miskin kota bisa memenuhinya sendiri dari uang yang ditabung dan tidak perlu mencari hutangan dari pelbagai pihak khususnya rentenir. Dengan demikian, mengumpulkan uang juga dimaksudkan mengikis tradisi menghutang yang telah berakar dan berkarat pada masyarakat kita, sekaligus menghalau kebe dscn9264. jpg radaan rentenir yang jumlahnya demikian banyak dan tiap hari berkeluyuran di kampung-kampung miskin. Mengumpulkan uang dan dikelola oleh komunitas sendiri juga bisa sebagai alat menyerang terhadap institusi perbankan modern yang acapkali tidak pernah melayani kepentingan rakyat secara luas, khususnya yang miskin. Selain itu, mengumpulkan uang dimaksudkan sebagai proses pembelajaran rakyat miskin dalam mengelola uang, dan melatih rakyat untuk tidak korup mulai dari hal-hal yang sangat kecil. Biasanya uang yang dikumpulkan akan dibagi dalam beberapa kategori tabungan, seperti untuk tabungan jangka pendek, jangka panjang, dan juga untuk uang kas kelompok. Jangka pendek misalnya untuk keperluan sekolah, berobat, bayar kontrakan, dll. Tujuan jangka panjang misalnya untuk renovasi rumah atau membeli tanah sebagai upaya untuk tidak digusur. Tujuan jangka panjang diintegrasikan dengan isu-isu yang yang menjadi fokus advokasi Jaringan Rakyat Miskin Kota.

2. Mengumpulkan Orang-berjaringan
Mengumpulkan orang dimaksudkan bahwa kelompok tabungan setiap waktu harus menambah jumlah anggota dan secara rutin mereka perlu berkumpul. Kekuatan rakyat miskin sangat bergantung pada jumlahnya yang besar, sehingga dengan jumlah yang besar dan terorganisir maka posisi tawar mereka akan tinggi. Jika jumlahnya kecil dan terpecah-pecah, maka rakyat miskin akan terus dipinggirkan. Pengembangan atau perluasan jaringan antar kampung kemudian menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Proses ini juga biasa disebut dengan perluasan jaringan secara horisontal (horisontal networking).
3. Mengumpulkan Informasi dan Memecahkan Masalah
Mengumpulkan informasi/masalah dan sekaligus memecahkannya merupakan tahapan yang paling sulit. Tetapi proses ini yang membedakan dari model tabungan konvensional. Dalam tabungan ini, peran kolektor sangat besar dan menjadi titik kunci dalam keberhasilan pengorganisasian. Selain tugasnya menarik uang dari anggotanya yang dilakukan setiap hari ( karena tabungannya harian), kolektor juga punya kewajiban untuk mengumpulkan informasi atau masalah yang dihadapi masing-masing anggota tabungan maupun masalah komunitas. Idealnya, satu kelompok tabungan mempuny dscn4693. jpg ai sekitar 10 sampai 15 anggota, sehingga ketika kolektor jalan untuk menarik uang ke anggotanya, dia tetap punya waktu untuk ngobrol dan menggali informasi atau masalah dari anggotanya. Kemudian informasi atau masalah yang didapatkan dibicarakan dan dicari jalan pemecahannya dalam pertemuan rutin kelompok yang dihadiri oleh semua anggota dan pengurusnya seminggu sekali. Semua masalah diutarakan, kemudian dipilih mana yang diprioritaskan untuk dibahas lebih mendalam dan dicari jalan pemecahannya. Masalah itu mungkin soal banjir, ancaman penggusuran, anak anggota tabungan yang sakit atau tidak sanggup bayar biaya sekolah, sampah yang menyumbat saluran air, penyakit demam berdarah yang menjangkiti warga, anak yang tidak memiliki akte kelaihran, kekerasan dalam rumah tangga, dsb. Penyelesaian masalah bisa dimulai dari sesuatu yang pragmatis dan bisa dipecahkan dengan cepat hingga pengembangan ke arah yang transformatif. Misalnya, jika ada anggota keluarga anggota tabungan yang sakit sementara dia tidak punya biaya untuk berobat, maka secara sukarela anggota kelompok melakukan saweran atau mengumpulkan uang di samping juga diambilkan dari uang kas kelompok tabungan, untuk membantu yang sakit berobat. Tapi prosesnya tidak berhenti disitu. Setelah di rumah sakit, ada upaya untuk mend`patkan pengobatan secara gratis. Jika ini masih tidak bisa maka ada upaya advokasi karena sebagai warga negara Indonesia, rakyat miskin juga mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jadi, tindakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi bisa bermacam-macam dimulai dari sesuatu yang kecil yang bisa dilakukan oleh kelompok tabungan sendiri sampai penyelesaian secara struktural. Hingga April 2008, dari 35 kampung yang terorganisir, ada 58 kelompok tabungan terorganisir dengan 1.262 anggota.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengemukakan, terdapat lima perbankan nasional yang siap mengucurkan permodalan.
Kelima perbankan itu, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Mandiri. BTN, bahkan menyatakan komitmen untuk membantu pendanaan revitalisasi tambak untuk Kabupaten Serang, Provinsi Banten, sebesar Rp 40 miliar.
"Kegiatan usaha di tambak itu pasti ada risikonya, tetapi kita telah berhasil menurunkan risiko itu dengan menggunakan teknologi plastik mulsa supaya penyakit dari tanah tidak menginfeksi ikan," ujar Sharif, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (5/12/2012).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mencangkan revitalisasi tambak udang dan bandeng di Jawa Barat dan Banten dengan total lahan seluas 1.500 hektar. Lahan tersebut diperuntukkan bagi tambak udang seluas 1.000 ha dan 500 Ha untuk ikan bandeng.
Kegiatan tambak percontohan tersebut tersebar di enam kabupaten, yakni Serang, Tangerang, Karawang, Indramayu, Subang, dan Cirebon. Revitalisasi ditargetkan mendorong produktivitas tambak dari semula 0,5 ton per ha tambak tradisonal menjadi 15 ton/ha tambak intensif

 Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan perbankan syariah pada 2013 akan berada pada kisaran 40 persen. 
Kepala Divisi Riset Departemen Perbankan Syariah BI, Nasirwan Ilyas, mengatakan pertumbuhan perbankan syariah sepanjang 2012 mengalami perlambatan. 
Bila dilihat dari pertumbuhan aset, per triwulan 3, November 2012 hanya tumbuh sekitar 20,2 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Posisi aset sampai saat ini adalah Rp 174,8 triliun. "Padahal pertumbuhan aset 2011 mencapai 49 persen," katanya, Senin (3/12).
Hal serupa juga dialami oleh dana pihak ketiga (DPK). Per pekan ketiga November DPK perbankan syariah adalah Rp 135,9 triliun. Nilai ini tumbuh hanya 17,9 persen bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Sepanjang 2011 pertumbuhan DPK mencapai 38,8 persen.
Nasirwan melanjutkan pangsa pasar syariah baru 4,32%. Dia berharap target market share 2013 yang sebesar lima persen bisa dicapai pada awal tahun depan meskipun seharusnya pangsa pasar tersebut sudah harus dicapai pada 2008.
Hal serupa juga terjadi pada pembiayaan yang tumbuh 34,5 persen menjadi Rp 138,2 triliun. Tahun lalu pembiayaan bisa tumbuh hampir 51 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar